Senin, 30 Juni 2014

Kita Adalah Generasi Z


Dulu saat masih duduk di bangu SMA, saya pernah berdiskusi dengan seorang guru sosiologi yang menerangkan bahwa sekarang masyarakat dibagi menjadi dua: Generasi X dan Generasi Y. Generasi X adalah orang tua kita, yang masih berpikir secara konvensional tanpa bantuan teknologi, sedangkan Generasi Y adalah kita, generasi yang bertahan dan beradaptasi dengan teknologi berkembang. Implikasinya sendiri kerap kali saya dengar. Generasi X lebih loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja jika dibandingkan dengan Generasi Y seperti saya yang kutu loncat perusahaan. Atau generasi X yang lebih memilih bertanya saat tersesat dibandingkan dengan generasi Y yang memilih membuka ponsel atau bertanya pada kerabatnya melalui telepon. Sudah beberapa tahun diskusi itu berlalu.

Sedikit kaget ketika kemarin saya menemukan sebuah artikel menarik dari Business Insider yang menerangkan bahwa telah lahir generasi baru yang disebut generasi Z. Generasi ini memiliki perilaku yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, marketer pun sekarang sudah mulai membidik target baru untuk produk-produknya. Target tersebut ditujukan kepada generasi Z yang sedang berkembang. Studi-studi yang dilakukan mencoba memetakan umur tepat dari generasi Z, pada akhirnya kebanyakan setuju bahwa generasi Z lahir setelah tahun 1990, yang membuat mereka menjadi mayoritas di masyarakat pada saat ini. Saya sendiri mendefinisikan generasi Z sebagai generasi yang sejak kecil telah bersentuhan dengan teknologi dan teknologi adalah sarana utama komunikasinya. karena merasa saya yang lahir pada tahun 1990 lebih terpengaruh dan berperilaku layaknya generasi Y, sebenarnya banyak generasi Y yang lahir antara 1990-1994 berperilaku seperti generasi Z saat ini, sehingga saya lebih senang tidak melihat kategori generasi ini berdasarkan umur secara fisik, namun lebih kepada perilaku yang ditunjukkan oleh individu tersebut.

Lebih lengkapnya, study dari business insider menemukan siapa sebenarnya generasi Z dan apa yang mereka makan serta beli. Inilah hasil yang mereka temukan:

Generasi Z ingin merubah dunia. 60% dari mereka ingin menjadi bagian dari sejarah dunia, dibandingkan dengan generasi Y (milenian) sebesar 39%, menurut study oleh Sparks & Honey, marketing agensi yang berkedudukan di New York. Satu di antara empat generasi Z ikut aktif dalam kegiatan seperti menjadi volunteer, atau tergabung dalam komunitas di masyarakat.

Sekolah tinggi tidak begitu penting untuk Generasi Z. Hanya 64% dari Generasi Z yang berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dengan Generasi Y sebesar 71%. 

Generasi Z lebih memilih menjadi pengusaha dibandingkan dengan Generasi Y. 72%  pelajar SMA bercita-cita membuat perusahaan sendiri suatu saat nanti dan 61% lebih memilih menjadi entrepreneur daripada pekerja saat telah lulus kuliah, hal ini ditemukan lewat study dari Millennial Branding, Konsultan, dan data dari situs Internships.com.


Generasi Z mayoritas selalu terhubung secara digital. Generasi Z melalukan multitasking menggunakan kurang lebih lima layar secara bergantian setiap hari dan menghabiskan 41% waktunya diluar kelas dengan komputer atau smart phone, dibandingkan dengan 10 tahun lalu yang hanya mencapai 22% saja, menurut laporan dari Sparks & Honey. “Generasi Z menderita FOMO (fear of missing out) lebih banyak dari Generasi Y, jadi terhubung dengan informasi adalah suatu habbit yang kritis untuk dipenuhi oleh Generasi Z”

Sayangnya Generasi Z lebih suka bekerja secara independen. ”Generasi ini sangat individualis,” ucap Dan Schawbel, founder dari Millennial Branding. “jika Generasi Y mencari mentor untuk belajar sesuatu, Generasi Z lebih dapat mandiri dan menolong dirinya sendiri.”

Generasi Z lebih kritis dan khawatir tentang ekonomi melebihi bidang yang lain, termasuk tindakan kriminal, politik, atau keamanan kerja keluarganya.
Lebih jelas pada tabel dibawah ini: 



Sparks & Honey

Menurut study NPD Group, Generasi Z lebih menyukai makanan yang dimasak di rumah dan di olah sendiri, contohnya makanan siap saji seperti cereal. Generasi Z tidak begitu suka menggunakan microwaves dan lebih memilik menggunakan kompor atau oven untuk menyiapkan makanan. Salad dan sayur meningkat pesat di kalangan Generasi Z pada lima tahun terakhir, diikuti sandwich dan sarapan yang membutuhkan proses memasak seperti telur dan pancake.

Generasi Z menghabiskan uangnya paling banyak untuk makanan dan minuman daripada hal yang lain, dan tempat kesukaannya adalah Starbucks, hal ini dikemukakan oleh Piper Jaffray pada  most recent semiannual survey of teens. Sedangkan brand pakaian paling populer adalah Nike, diikuti oleh Forever 21, brand-brand olahraga seperti roxy, ripcurl, dll, American Eagle, dan Polo Ralph Lauren.



Generasi Z kurang akrif. Menurut Sparks & Honey report, 66% anak berumur 6-11 berpendapat online gaming adalah sumber hiburan utama. Di catatan lain, kegemukan di kalangan remaja bertambah tiga kali lipat dari tahun 1971 ke tahun 2010.

Generasi Z tidak memiliki brand loyalty terhadap suatu produk. Menurut  Martin-Wilbourne Partners, Generasi Z lebih perduli pada jenis produknya daripada brand yang memproduksinya, dan pola konsumsi ini mengakibatkan generasi Z mudah berpindah brand untuk mencari kulaitas produk yang lebih baik.

Generasi Z lebih dekat dengan keluarga. Menurut Schawbel, “Orang tua mereka memiliki banyak control terhadap keputusan yang mereka buat,”. “Influence yang dibuat sangat besar dan menjadi penentu hampir pada setiap aspek kehidupan generasi Z.” Banyak dari mereka yang hidup dalam multi-generasial bersama keluarga yang lahir pada generasi Baby Boomers, Generasi X juga Generasi Y.

Generasi Z berkomunikasi dengan cepat. Terkadang lebih banyak menggunakan emoticons dan emojis dari pada kata-kata.“Generasi Z terbiasa bercanda dan menjadi komentator yang impulsif di dunia maya,” Sparks & Honey menyebutkan: “sebagai hasilnya, Generasi Z bukan communicator yang efektif dan meninggalkan banyak celah untuk interpretasi, juga lebih sering mengakibatkan miss komunikasi.”

Lebih lanjut, menurut  Sparks & Honey dibawah ini adalah cara-cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan Generasi Z.



Jadi, dengan hadirnya generasi Z yang baru dan telah terdefinisi, dan generasi ini yang kelak akan mengambil alih peran yang dilakukan oleh generasi X dan generasi Y saat ini, penting untuk mengerti bagaimana generasi Z berperilaku dan bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan mereka. Hal ini berguna baik untuk komunikasi pemasaran barang dan jasa atupun untuk keperluan komunikasi lain. Sebagai generasi Y yang hidup di era generasi Z saya sendiri melakukan banyak adaptasi. Seperti mengerti perilaku komunikasi online mereka, habbitual keseharian mereka. Karena kelak ada saatnya generasi X dan generasi Y akan digantikan. Benarkan? Di read dong Linenya plis, dimention ngga bales, kuota internet dikit lagi nih.





Sumber:

1 komentar: