Dulu saat masih duduk di bangu SMA, saya pernah berdiskusi dengan seorang
guru sosiologi yang menerangkan bahwa sekarang masyarakat dibagi menjadi dua: Generasi
X dan Generasi Y. Generasi X adalah orang tua kita, yang masih berpikir secara
konvensional tanpa bantuan teknologi, sedangkan Generasi Y adalah kita, generasi
yang bertahan dan beradaptasi dengan teknologi berkembang. Implikasinya sendiri
kerap kali saya dengar. Generasi X lebih loyal terhadap perusahaan tempatnya
bekerja jika dibandingkan dengan Generasi Y seperti saya yang kutu loncat
perusahaan. Atau generasi X yang lebih memilih bertanya saat tersesat
dibandingkan dengan generasi Y yang memilih membuka ponsel atau bertanya pada
kerabatnya melalui telepon. Sudah beberapa tahun diskusi itu berlalu.
Sedikit
kaget ketika kemarin saya menemukan sebuah artikel menarik dari Business Insider yang menerangkan bahwa telah lahir generasi baru yang disebut generasi
Z. Generasi ini memiliki perilaku yang berbeda dengan generasi-generasi
sebelumnya, marketer pun sekarang sudah mulai membidik target baru untuk
produk-produknya. Target tersebut ditujukan kepada generasi Z yang sedang
berkembang. Studi-studi yang dilakukan mencoba memetakan umur tepat dari generasi
Z, pada akhirnya kebanyakan setuju bahwa generasi Z lahir setelah tahun 1990,
yang membuat mereka menjadi mayoritas di masyarakat pada saat ini. Saya sendiri
mendefinisikan generasi Z sebagai generasi yang sejak kecil telah bersentuhan dengan
teknologi dan teknologi adalah sarana utama komunikasinya. karena merasa saya yang lahir pada tahun 1990 lebih terpengaruh dan
berperilaku layaknya generasi Y, sebenarnya banyak generasi Y yang lahir antara 1990-1994 berperilaku seperti generasi Z saat ini, sehingga saya lebih senang tidak melihat kategori generasi ini berdasarkan umur secara fisik, namun lebih kepada perilaku yang ditunjukkan oleh individu tersebut.
Lebih lengkapnya, study dari business insider menemukan siapa sebenarnya
generasi Z dan apa yang mereka makan serta beli. Inilah hasil yang mereka
temukan:
Generasi Z ingin merubah dunia. 60% dari mereka ingin menjadi bagian dari sejarah dunia, dibandingkan
dengan generasi Y (milenian) sebesar 39%, menurut study oleh
Sparks & Honey, marketing agensi yang berkedudukan di New York. Satu di
antara empat generasi Z ikut aktif dalam kegiatan seperti menjadi volunteer,
atau tergabung dalam komunitas di masyarakat.
Sekolah tinggi tidak begitu penting untuk Generasi Z. Hanya 64% dari Generasi Z yang berniat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dengan Generasi
Y sebesar 71%.
Generasi Z lebih memilih menjadi pengusaha dibandingkan dengan Generasi
Y. 72% pelajar SMA bercita-cita membuat perusahaan
sendiri suatu saat nanti dan 61% lebih memilih menjadi entrepreneur daripada
pekerja saat telah lulus kuliah, hal ini ditemukan lewat study dari
Millennial Branding, Konsultan, dan data dari situs Internships.com.
Generasi Z mayoritas selalu terhubung secara digital. Generasi Z melalukan multitasking
menggunakan kurang lebih lima layar secara bergantian setiap hari dan menghabiskan
41% waktunya diluar kelas dengan komputer atau smart phone, dibandingkan dengan
10 tahun lalu yang hanya mencapai 22% saja, menurut laporan dari Sparks
& Honey. “Generasi Z menderita FOMO
(fear of missing out) lebih banyak dari Generasi Y, jadi terhubung dengan
informasi adalah suatu habbit yang kritis untuk dipenuhi oleh Generasi Z”
Sayangnya Generasi Z lebih suka bekerja secara independen. ”Generasi ini sangat individualis,” ucap Dan
Schawbel, founder dari Millennial Branding. “jika Generasi Y mencari mentor
untuk belajar sesuatu, Generasi Z lebih dapat mandiri dan menolong dirinya
sendiri.”
Generasi Z lebih kritis dan khawatir tentang ekonomi melebihi bidang yang
lain, termasuk tindakan kriminal, politik, atau keamanan kerja keluarganya.
Lebih jelas pada tabel dibawah ini:
Sparks & Honey
Menurut study NPD Group, Generasi Z lebih menyukai makanan yang dimasak
di rumah dan di olah sendiri, contohnya makanan siap saji seperti cereal. Generasi Z tidak begitu suka menggunakan
microwaves dan lebih memilik menggunakan kompor atau oven untuk menyiapkan
makanan. Salad dan sayur meningkat pesat di kalangan Generasi Z pada lima
tahun terakhir, diikuti sandwich dan sarapan yang membutuhkan proses memasak
seperti telur dan pancake.
Generasi Z menghabiskan uangnya paling banyak untuk makanan dan minuman
daripada hal yang lain, dan tempat kesukaannya adalah Starbucks, hal ini
dikemukakan oleh Piper Jaffray pada most
recent semiannual survey of teens. Sedangkan brand pakaian paling populer adalah Nike, diikuti oleh
Forever 21, brand-brand olahraga seperti roxy, ripcurl, dll, American Eagle, dan
Polo Ralph Lauren.
Generasi Z kurang akrif. Menurut Sparks & Honey report, 66% anak berumur 6-11 berpendapat online gaming
adalah sumber hiburan utama. Di catatan lain, kegemukan di kalangan remaja
bertambah tiga kali lipat dari tahun 1971 ke tahun 2010.
Generasi Z tidak memiliki brand loyalty terhadap suatu produk. Menurut
Martin-Wilbourne Partners, Generasi
Z lebih perduli pada jenis produknya daripada brand yang memproduksinya, dan
pola konsumsi ini mengakibatkan generasi Z mudah berpindah brand untuk mencari
kulaitas produk yang lebih baik.
Generasi Z lebih dekat dengan keluarga. Menurut Schawbel, “Orang tua mereka
memiliki banyak control terhadap keputusan yang mereka buat,”. “Influence yang
dibuat sangat besar dan menjadi penentu hampir pada setiap aspek kehidupan generasi
Z.” Banyak dari mereka yang hidup dalam multi-generasial bersama keluarga yang
lahir pada generasi Baby Boomers, Generasi X juga Generasi Y.
Generasi Z berkomunikasi dengan cepat. Terkadang lebih banyak
menggunakan emoticons dan emojis dari pada kata-kata.“Generasi Z terbiasa bercanda dan menjadi komentator
yang impulsif di dunia maya,” Sparks & Honey menyebutkan: “sebagai hasilnya,
Generasi Z bukan communicator yang efektif dan meninggalkan banyak celah untuk
interpretasi, juga lebih sering mengakibatkan miss komunikasi.”
Lebih lanjut, menurut Sparks
& Honey dibawah ini adalah cara-cara yang efektif untuk berkomunikasi
dengan Generasi Z.
Jadi, dengan hadirnya generasi Z yang baru dan telah terdefinisi, dan
generasi ini yang kelak akan mengambil alih peran yang dilakukan oleh generasi
X dan generasi Y saat ini, penting untuk mengerti bagaimana generasi Z
berperilaku dan bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan mereka. Hal ini
berguna baik untuk komunikasi pemasaran barang dan jasa atupun untuk keperluan
komunikasi lain. Sebagai generasi Y yang hidup di era generasi Z saya sendiri
melakukan banyak adaptasi. Seperti mengerti perilaku komunikasi online mereka,
habbitual keseharian mereka. Karena kelak ada
saatnya generasi X dan generasi Y akan digantikan. Benarkan? Di read dong
Linenya plis, dimention ngga bales, kuota internet dikit lagi nih.
Sumber:
tqx for your info :D
BalasHapus