Kamis, 23 Oktober 2014

Banyak Mengambil Foto Dapat Membekukan Ingatan





Kantongi kamera handphone sekarang! Mengambil terlalu banyak foto, menghentikan otak kita untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

  • Bukannya membantu kita untuk mengingat kejadian-kejadian, foto justru merusak ingatan kita.
  • Peneliti dalam sebuah percobaan menemukan bahwa orang-orang yang terlalu banyak mengambil foto memiliki masalah untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
  • Fenomena ini disebut 'photo-taking impairment effect'
Dengan berkembangnya perangkat smartphone, akses meuju kamera menjadi tidak terbatas. Setiap orang dapat mengambil foto kapanpun dan dimanapun mereka suka. Berjalan-jalan ke taman, lalu mengambil foto selfie, berjalan-jalan atau berwisata ke luar negeri, dua puluh album foto di facebook dibuat. Makan di restoran mahal, seluruh makanan hingga saos serta daun teh tidak luput dari jepretan foto dan seketika memenuhi instagram atau twitter. Kamera menjadi mata ketiga masyarakat dengan paparan teknologi dewasa ini. Tapi, jika kita termasuk orang-orang yang tidak dapat berhenti mengambil foto, berhati-hatilah – Kita dapat lupa moment-moment itu dalam sekejap.

Sebuah studi menemukan bahwa mengambil terlalu banyak foto menghambat kita untuk mengingat sesuatu secara detail. 

Bagaimana Internet Mengganti Ingatan

Peneliti dari Harvard University, University of Wisconsin-Madison dan Columbia University di Amerika Serikat baru-baru ini menemukan bahwa banyak orang sekarang menggunakan internet sebagai pengganti ingatan.

Mereka mengklaim bahwa dewasa ini jika kita  ingin mengetahui tentang suatu hal, kita menggunakan internet sebagai ‘external memory’ sama seperti komputer yang menggunakan external hard drive. Studi berlanjut hingga kesimpulan bahwa kita sangat bergantung pada smartphone dan perangkat komputer. Kita cenderung untuk menyerah saat berusaha mengingat sesuatu jika kita tidak mendapatkan informasi itu secara langsung dari smartphone dan perangkat komputer. 

Eksperimen Museum

Sebuah eksperimen oleh peneliti dari Connecticut pernah diujicobakan kepada sekelompok pelajar yang datang ke museum. Tugasnya adalah untuk mengingat kembali seperti apa saja benda-benda yang dipamerkan di dalam museum. Mereka yang mengambil foto artifact mengingat lebih sedikit dan hanya dapat mendeksripsikan secara sekilas. Sedangkan mereka yang tidak mengambil foto dapat mengingat lebih detil dan jelas.

Eksperimen kedua, Peneliti mengarahkan pelajar dalam tour museum dan meminta mereka untuk fokus dan mengambil foto atau mencoba untuk mengingat salah satu karya seni yang ditampilkan. Hari berikutnya, ingatan mereka diuji. Hasil eksperimennya adalah: para pelajar yang mengambil foto lebih buruk dalam mengingat karya seni yang mereka foto sendiri jika dibandingkan dengan pelajar yang hanya melihat karya seni tersebut. mereka yang mengambil foto juga kurang baik dalam mengingat detail dari objek yang mereka foto sendiri.

Menurut Dr Linda Henkel, pemimpin studi di Fairfield University: ‘People so often whip out their cameras almost mindlessly.

Saat orang-orang mengandalkan tekhnologi untuk mengingat sesuatu, hal itu memiliki dampak negatif pada bagaimana mereka mengingat apa yang mereka alami sendiri. Studi sebelumnya memang pernah menyarankan agar melihat-lihat kembali foto lama untuk membantu mengingat sesuatu. Tapi, hanya jika kita cukup lama memperhatikan foto tersebut hingga mengigat semua detilnya. 

Menurut Dr Henkel: ‘In order to remember, we have to access and interact with the photos, rather than just amass them,’

Studi ini dipublikasikan di journal Psychological Science.
Foto dari: Ne10