Pendahuluan
Sebenarnya kita tidak hanya akan membahas bagaimana Bis Kuning UI dapat
menjadi sebuah alternatif mengurangi kemacetan kota depok dan menjadi salah
satu solusi untuk mengurangi volume kendaraan di kota Depok yang semakin
bertambah. Namun juga secara sekilas membahas bagaimana integrasi transportasi intra
kampus dan extra kampus dapat membantu membangun tata transportasi kota Depok
menjadi lebih baik. dari perspektif saya sendiri.
Depok adalah salah satu kota satelit sebelah selatan Jakarta. Universitas
Indonesia secara administratif dalam wilayah termasuk ke dalam kota Depok. Sadar
atau tidak Kampus Universitas Indonesia adalah salah satu faktor yang
berkontribusi besar terhadap kemacetan kota Depok. Hasil perhitungan survey tahun
2008 oleh Destia Setiarini, FTUI, menunjukkan bahwa pada waktu jam puncak di
pagi hari yakni pukul 08.00-10.00 tercatat bahwa jumlah kendaraan yang masuk ke
dalam kampus UI khususnya mobil pribadi mencapai 700 unit kendaraan perjam. Selain
itu berdasarkan jumlah penggunaan kartu masuk di pintu gerbang utama UI,
terhitung jumlah mobil penumpang yang masuk mencapai 1.400 unit kendaraan
perhari. Sedangkan penggunaan stiker Izin Masuk Kampus (IMK) oleh dosen: 2845
unit dan mahasiswa: 1286 unit.
Dari data-data diatas dapat diperkirakan jumlah mobil yang masuk ke
dalam kampus UI mencapai 5.154 unit kendaraan perhari. Sedangkan berdasarkan sejumlah data yang didapat dari Kepolisian dan Samsat Depok Jumlah
kendaraan pada 2014 di kota Depok diperkirakan bisa mencapai lebih dari 538.000 unit kendaraan.
Kampus UI dengan luas 3.200.000 m2 terbagi atas hutan kota 1.800.000 m2,
daerah resapan air (danau) 250.000 m2 dan lahan terbangun sekitar 115.000 m2
(sumber: Gedung Biro (UPT PLK UI). Namun dengan bertambahnya jumlah kendaraan
pribadi tersebut akan berimbas pada penggunaan lahan hijau di kampus UI. Perlahan,
beberapa titik kawasan hutan UI pun akan berubah menjadi lahan parkir dan
gedung baru guna menampung kendaraan
masuk yang terus bertambah dan secara garis lurus menambah volume kendaraan
yang berlalu lalang di sekitar daerah Depok. Menurut Boy Berawi, pengamat transportasi dan peneliti dari Center for Sustainable
Infrastructure Development (CSID) Universitas Indonesia (UI): Kemacetan yang terjadi
saat ini tidak bisa dilihat secara parsial. Banyak faktor yang menjadi
kontributor kemacetan. Bukan saja mobil dan motor, tetapi juga tidak memadainya
sarana transportasi umum sehingga warga lebih memilih menggunakan motor.
“Pemicu lainnya, perilaku buruk pengendara dan tata ruang juga menjadi
penyebabnya,”.
Untuk mendukung green matric, Universitas Indonesia menyediakan public
transportation yang terintegrasi dengan hampir semua fakultas. Baik dalam bentuk
halte Bis Kuning dua jalur (jalur biru dan jalur merah) atau Sepeda Kuning
dengan jalur yang terpisah dari jalan utama. Universitas Indonesia (Depok) pada
tahun 2014 menempati rangking 61 dan menjadi role model green campus di Indonesia
mengungguli IPB (Bogor) dan UNS (Semarang) yang berada di peringkat 69 dan 73. Hal
ini agaknya cukup kontradiktif dengan peringkat Depok yang menjadi kota
termacet kelima versi kementerian Perhubungan dengan Rata-rata
kecepatan kendaraan 21,4 km/jam
dan VC
(volume to capacity) ratio 0,83 tahun 2014. Sedangkan Point green matric
bidang Transportasi Universitas Indonesia adalah sebesar 1,475 dari total nilai 6,417. Bidang transportasi adalah bidang unggulan terbesar
kedua UI dari total lima bidang yang dinilai dalam green matric (sumber).
Maka, sudah selayaknya Universitas Indonesia berbenah mulai dari halaman
rumahnya sendiri dan menjadi sebuah role model bukan hanya dalam lingkup
kampus, tetapi juga berperan aktif dalam Sustainable Development Kota, serta Negara
dalam lingkup yang lebih besar. Pendidik dikatakan berhasil jika dapat membawa
perubahan positif terhadap lingkungannya bukan?
Bagaimana Universitas Indonesia
dapat menjadi solusi?
Kota Depok termasuk pada kota yang jenis
perkembangannya bealded linier plans (linier Menerus), dengan ciri-ciri pusat
perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan utamanya,
pertumbuhan perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama maka pola umumnya
linier, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial dan dibelakangnya
ditempati permukiman penduduk; Hudson dalam Yunus (1999)
Kelebihan perkembangan kota bealded linier plans (linier Menerus) adalah:
- Pola transportasi utama berbentuk garis
lurus dan loop. Baik untuk jenis transportasi seperti trem, monorail, dan
commuting line.
- Pusat-pusat kegiatan terletak dalam satu
garis yang sama. Contoh: ( Margonda Raya)
- Pengaturan lalu lintas lebih mudah
- Sedikit persimpangan sehingga traffic
lebih mudah diatur
Sedangkan beberapa kelemahan kota dengan perkembangan bealded linier
plans (linier Menerus) adalah:
- Minimnya jalur alternative sehingga
kemacetan sangat mungkin terjadi
- Jika struktur pedestrian dan tata ruang
tidak dibangun dengan baik, maka terjadi penyempitan jalan tak terduga,
seperti parkir liar, pedestrian yang berjalan diluar trotoar, dan
disfungsi jalur pedestrian yang menjadi faktor-faktor penghambat laju
kendaraan.
Universitas Indonesia menjadi salah satu titik perkembangan yang ada
diluar garis utama perkembangan kota Depok, sehingga digunakan penghubung
berupa fly over untuk mempermudah akses menuju Kampus. Akses ini kemudian
menjadi salah satu titik kemacetan di kota Depok.
Rangka solusi yang paling mudah adalah dengan mengurangi jumlah penggunaan
kendaraan yang masuk ke dalam kawasan Kampus Universitas Indonesia. Dengan begitu
kita sudah dapat mengurangi volume to capacity kendaraan di kota Depok. Namun mengapa
begitu sulit mengubah habbit berkendara dan berganti dari kendaraan pribadi
menjadi kendaraan umum?
Hal ini tidak sepenuhnya karena fasilitas kendaraan umum yang tidak
memadai. Banyak faktor diluar itu yang menjadi alasan mengapa orang-orang
memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Pertama adalah self esteem dan cara kita memandang kendaraan pribadi. Selain
sebagai sarana transportasi, di Indonesia kendaraan pun menjadi salah satu indikator
level sosial seseorang. Maka, banyak orang berbondong-bondong menggunakan
kendaraan pribadi tanpa memperhatikan dampak dan efisiensi terhadap jalan namun
lebih karena faktor kebanggaan atau level sosial. Kedua, simple. Dengan menggunakan
kendaraan pribadi kita tidak perlu berganti-ganti moda atau kendaraan dan dapat
praktis sampai hingga tujuan dengan nyaman. Lebih karena proses atau cara
berganti moda yang merepotkan. Misal: pulang dari kampus menggunakan bikun
kemudian berganti kereta lalu menggunakan angkutan kota terlihat lebih rumit
dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi hingga pulang ke tujuan. Ketiga,
Keamanan. Kendaraan pribadi dinilai lebih aman dari tindak kriminalitas yang
sering terjadi.
Maka perlu dibangun sebuah jaringan moda transportasi yang dapat
mengakomodir kebutuhan intra kampus dan ekstra kampus dengan memperhatikan
faktor-faktor diatas. Sehingga civitas academika dapat mempertimbangkan kendaraan
umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi.
Peringkat satu dan dua green matric, yaitu the university of Nottingham dan
University College Cork, Irleland memiliki konsep transportasi intra kampus dan
ekstra kampus yang menarik. Perkembangannya pun sudah jauh jika dibandingkan
dengan Universitas Indonesia. Namun, persamaan dari dua Universitas ini adalah:
Keduanya bersinergi aktif dengan pihak kota, sehingga membentuk jaringan
transportasi terpadu yang efektif dan efisien. University of Nottingham bahkan
sedang membangun tram network khusus yang menghubungkan kampus dan kota
sedangkan University College Cork, Ireland membangun rute khusus pesepeda dari
kota menuju Kampus.
Beberapa opsi mentah yang dapat dikaji untuk perkembangan transportasi
intra dan ekstra kampus:
- Loop
bus, Bikun eksternal.
Mobility
problem
Selain yang bermukim di sekitar lingkar luar
luar kampus, banyak civitas academica yang bermukim di daerah kota depok atau
apartment-apartment yang tersebar di titik-titik kota Depok. Karena Depok
mengadopsi perkembangan kota berpola bealded linier plans (linier Menerus) maka
mengaktifkan sebuah jalur bis kuning baru yang beroperasi diluar kampus dapat
menjadi solusi sebagai sarana transportasi yang aman dan efisien menuju kampus.
Benefits
and Cost
· Sebagai sarana
pengganti untuk mahasiswa yang biasa menggunakan kendaraan pribadi untuk commuting
jarak menengah dari pemukiman dalam kota Depok menuju Kampus
·
Menjadi penghubung
antara kota Depok dan Universitas Indonesia
·
Sebagai gate
away dari Kampus menuju pusat-pusat kegiatan kota Depok
·
Menghemat
Commuting cost dan komsumsi bahan bakar
·
Mengurangi
kemacetan akibat VC yang tinggi
Implementation
Challenges
Melalukan pengecekan KTM atau tanda karyawan dan
menentukan titik-titik pemberhentian bikun eksternal, seperti di GDC (grand
Depok City), Balai Kota, D’mall, Margo, Halte gerbatama. Selanjutnya menuju
kampus berganti Bikun Internal. Sehingga diharapkan civitas academika yang
berdomisili di sekitar daerah depok dapat terakomodir kebutuhan transportasinya
tanpa perlu menggunakan kendaraan pribadi. di UCLA (university of california, Los Angeles) ada fare free public transit seperti bikun, yang bertajuk BruinGO! program. dan menggunakan dua jenis Bus. Yaitu Santa Monica Big Blue Bus (BBB) dan
Culver CityBus (CCB)
- Share
car Project
Mobility
Problem
Banyak civitas academica yang menggunakan
kendaraan pribadi ke dalam kampus sendirian. Padahal kendaraannya dapat memuat
lebih banyak orang.
Benefits
and Cost
·
Mengurangi
VC (Volume to Capacity) kendaraan di dalam kampus dan arah keluar kampus.
·
Menghemat
Commuting cost dan komsumsi bahan bakar
·
Sebagai salah
satu cara efisiensi penggunaan kendaraan.
·
Memotong pengeluaran
bahan bakar
·
Mengurangi
polusi udara
·
Mengurangi
stress mengemudi
·
Mengurangi
kemacetan
Implementation
challenge
University of Nottingham berhasil
mengimplementasikan car sharing dengan membuat sebuah sistem dan skema online
yang dapat diakses real time, juga jaminan jika feeder car sharing terpaksa leave work early berupa reimburse
taxi atau layanan take home. Sayangnya
sistem ini disana baru berlaku untuk civitas academica non mahasiswa.
- Program
taksi dan ojek subsidi
Mobility
Problem
Banyak civitas academica yang pulang larut
malam atau bekerja lembur dan memerlukan kendaraan pulang yang aman dan
terjangkau. Jika larut malam kendaraan seperti bikun, spekun, dan bikun
eksternal sudah tidak aktif maka program ini dapat menjadi pilihan
Benefits
and Cost
·
Mengurangi
VC (Volume to Capacity) kendaraan di dalam kampus dan arah keluar kampus.
·
Menghemat
Commuting cost dan komsumsi bahan bakar
·
Sebagai salah
satu cara efisiensi penggunaan kendaraan.
·
Memotong pengeluaran
bahan bakar
·
Mengurangi
polusi udara
·
Mengurangi
stress mengemudi
·
Mengurangi
kemacetan
·
Sebagai sarana
transportasi cepat yang aman
Implementation
challenge
GojekID menjadi salah satu contoh bahwa
kendaraan roda dua (ojek) dapat aman dan terorganisir. Melihat banyaknya ojek
di UI, maka bukan tidak mungkin mengimplementasikan sistem taksi dan ojek
subsidi. Sehingga ojek yang ada di UI saat ini (ojek liar yang belum
terorganisir dan masih mementukan tariff yang mahal) dapat dibuat lebih aman
dan terjamin. Sarana implementasinya dapat berupa KTM, sama seperti peminjaman
spekun. Dengan menunjukkan KTM maka pengguna sara ojek mendapatkan potongan
harga.
- City
Bike Sharing
Mobility
Problem
Banyak civitas academica yang melakukan
commuting jarak dekat namun cukup memakan waktu jika dilakukan dengan berjalan
kaki.
Benefits
and Cost
·
Mempersingkat
waktu tempuh commuting dengan berjalan
·
Menghemat
Commuting cost dan komsumsi bahan bakar
·
Sebagai salah
satu cara efisiensi penggunaan kendaraan.
·
Mengurangi
polusi udara
·
Mengurangi
penggunaan kendaraan yang tidak perlu
Implementation
challenge
Tidak jauh, Bandung mengimplementasikan Bike
sharing di Kotanya. Konsepnya sama dengan sepeda kuning, namun dengan lingkup
yang lebih besar. Yaitu kota, satu kota membuat beberapa shelter yang mudah
dijangkau dan pengguna yang ingin menggunakan jasa bike sharing dapat menitipkan
KTPnya untuk kemudian ditukar dengan sepeda. Pada akhir hari sepeda
dikembalikan dan KTP dikembalikan kepada pemiliknya.
Simpulan
Universitas Indonesia telah mencapai rangking
61 di green matric, sehingga menjadi role model untuk green campus di
Indonesia. Jika diimplementasikan dan dikaji lebih jauh apa yang telah dicapai
oleh Universitas Indoneisa dapat menjadi contoh yang baik untuk Kota Depok dan
selanjutnya untuk Negara Indonesia. Jadi, memulai sesuatu dari sekitar kita
akan membawa dampak positif pada lingkungan yang lebih besar. Besar harapan
saya pribadi bahwa Universitas Indonesia dapat menjadi Kampus yang memiliki
integrasi terhadap kota dan berperan langsung terhadap sustainable development di Indonesia. setidaknya dengan melakukan Integrasi dengan pihak kota, serta membuat sebuah project yang kontinuitas dan sustainable mungkin dapat menaikkan peringkat Universitas Indonesia di Green Matric.
Secara umum, sudah sangat membanggakan karena Universitas Indonesia dapat menembus 65 besar green matric campus.