Kantongi kamera handphone sekarang! Mengambil
terlalu banyak foto, menghentikan otak kita untuk mengingat apa yang sebenarnya
terjadi.
- Bukannya membantu kita untuk mengingat kejadian-kejadian, foto justru merusak ingatan kita.
- Peneliti dalam sebuah percobaan menemukan bahwa orang-orang yang terlalu banyak mengambil foto memiliki masalah untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
- Fenomena ini disebut 'photo-taking impairment effect'
Dengan berkembangnya perangkat smartphone, akses meuju kamera menjadi
tidak terbatas. Setiap orang dapat mengambil foto kapanpun dan dimanapun mereka
suka. Berjalan-jalan ke taman, lalu mengambil foto selfie, berjalan-jalan atau
berwisata ke luar negeri, dua puluh album foto di facebook dibuat. Makan di
restoran mahal, seluruh makanan hingga saos serta daun teh tidak luput dari
jepretan foto dan seketika memenuhi instagram atau twitter. Kamera menjadi mata
ketiga masyarakat dengan paparan teknologi dewasa ini. Tapi, jika kita termasuk
orang-orang yang tidak dapat berhenti mengambil foto, berhati-hatilah – Kita dapat
lupa moment-moment itu dalam sekejap.
Sebuah studi menemukan bahwa mengambil terlalu banyak foto menghambat
kita untuk mengingat sesuatu secara detail.
Bagaimana Internet Mengganti Ingatan
Peneliti dari Harvard University, University of Wisconsin-Madison dan
Columbia University di Amerika Serikat baru-baru ini menemukan bahwa banyak
orang sekarang menggunakan internet sebagai pengganti ingatan.
Mereka mengklaim bahwa dewasa ini jika kita ingin mengetahui tentang suatu hal, kita
menggunakan internet sebagai ‘external memory’ sama seperti komputer yang
menggunakan external hard drive. Studi berlanjut hingga kesimpulan bahwa kita
sangat bergantung pada smartphone dan perangkat komputer. Kita cenderung untuk
menyerah saat berusaha mengingat sesuatu jika kita tidak mendapatkan informasi
itu secara langsung dari smartphone dan perangkat komputer.
Eksperimen Museum
Sebuah eksperimen oleh peneliti dari Connecticut pernah diujicobakan
kepada sekelompok pelajar yang datang ke museum. Tugasnya adalah untuk
mengingat kembali seperti apa saja benda-benda yang dipamerkan di dalam museum.
Mereka yang mengambil foto artifact mengingat lebih sedikit dan hanya dapat
mendeksripsikan secara sekilas. Sedangkan mereka yang tidak mengambil foto
dapat mengingat lebih detil dan jelas.
Eksperimen kedua, Peneliti mengarahkan pelajar dalam tour museum dan meminta
mereka untuk fokus dan mengambil foto atau mencoba untuk mengingat salah satu
karya seni yang ditampilkan. Hari berikutnya, ingatan mereka diuji. Hasil eksperimennya
adalah: para pelajar yang mengambil foto lebih buruk dalam mengingat karya seni
yang mereka foto sendiri jika dibandingkan dengan pelajar yang hanya melihat
karya seni tersebut. mereka yang mengambil foto juga kurang baik dalam
mengingat detail dari objek yang mereka foto sendiri.
Menurut Dr Linda Henkel, pemimpin studi di Fairfield University: ‘People so often whip out their cameras
almost mindlessly.
Saat orang-orang mengandalkan tekhnologi untuk mengingat sesuatu, hal
itu memiliki dampak negatif pada bagaimana mereka mengingat apa yang mereka
alami sendiri. Studi sebelumnya memang pernah menyarankan agar melihat-lihat
kembali foto lama untuk membantu mengingat sesuatu. Tapi, hanya jika kita cukup
lama memperhatikan foto tersebut hingga mengigat semua detilnya.
Menurut Dr Henkel: ‘In order to remember, we have to access and interact
with the photos, rather than just amass them,’
Studi ini dipublikasikan di journal Psychological Science.
Foto dari: Ne10